Selasa, 29 Desember 2009

bunuh diri gaya terjun bebas....


Bunuh diri dengan cara melompat dari gedung tinggi kini seakan menjadi fenomena di Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir banyak sekali kasus bunuh diri dengan cara melompat dari gedung bertingkat sepert mall atau apartemen. Bagi sebagian orang bunuh diri dengan melompat dari gedung yang tinggi merupakan cara yang paling praktis dan efisien karena menurut mereka dengan cara seperti itu meraka akan cepat mati dan tidak menimbulkan rasa sakit yang terlalu lama. Banyak sekali faktor yang mendasari seseorang untuk melakukan tindakan tersebut diantaranya adalah karena masalah asmara, ekonomi, frustasi dengan hidupnya dan ada pula yang dilatar belakangi oleh gangguan jiwa.
Menurut beberapa pakar maraknya kasus bunuh diri pada beberapa bulan belakangan ini bukanlah sebuah tren baru. Menurut pakar sosiologi Universitas Indonesia, Oto Hernowo Hadi, bunuh diri bisa muncul secara spontanitas. Beliau berpendapat bahwa penyebab munculnya bunuh diri terjun bebas tetap didasari oleh konsep klasik bahwa mereka tidak lagi memiliki orang lain untuk berbagi atau untuk menyelesaikan permasalahannya. "Istilahnya mereka tidak bisa lagi saling sharing atau curhat" ujarnya. Hal senada juga dikmukakan oleh psikolog forensik Binus, Reza Indragiri Amriel, bunuh diri dengan cara terjun bebas dari gedung tinggi bukanlah sebuah trend tapi sebuah pengulangan atau dalam istilahnya adalah copycat suicide.
Seorang sosiolog asal Prancis, Emile Durkheim, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang berkaitan dengan bunuh diri yaitu predisposisi psikologi tertentu, factor keturunan, dan kecendrungan manusia untuk meniru orang lain. Dia juga menguraikan ada empat tipe bunuh diri yaituunuh diri egoistik, bunuh diri altruistis, fatalistik dan bunuh diri anomis (berkenaan dengan keadaan dimana orang yang bersangkutan kehilangan pegangan hidup).
  • Bunuh diri egoistis disebabkan karena seseorang yang tidak berintegrasi dengan grupnya, yaitu keluarga, teman-teman, kumpulan agama dan sebagainya. Hidupnya tidak terbuka kepada orang lain, ia memikirkan dan mengusahakan kebutuhannya sendiri tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain atau masyarakat, ia tidak mempunyai tujuan dalam hidup selain kepentingannya sendiri.
  • Bunuh diri altruistik, jika bunuh diri egoistis disebabkan oleh relasi negative dengan masyarakat atau kelompok, bunuh diri altruistis adalah kebalikanya. Pengintegrasian yang menyangkut seluruh hidup seseorang, memandang hidup diluar grup atau dalam pertentangan dengan grup sebagai tidak berharga. Kalau seorang anggota yang berintegrasi kuat dengan grupnya mengalami suatu hal atau masalah yang membuat hidupnya tidak mungkin lagi masuk dalam grup itu lagi, maka ia akan lebih cendrung untuk mengakhirinya.
  • Bunuh diri fatalistik adalah bunuh diri yang disebabkan karena regulasi yan meningkat, misalnya seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang meninda.
  • Bunuh diri anomi, anomi (kekaburan norma,tanpa norma) adalah keadaan moral, dimana orang yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan, dan norma dalam hidupnya. Nilai-nilai yang semula member motivasi dan arah kepada perilakunya, tidak berpengaruh lagi.
Untuk mencegah terjadinya bunuh diri, semua orang harus memperhatikan perubahan - perubahan sikap orang - orang yang berada disekelilingnya. Dan jika ada seseorang yang mempunyai tanda - tanda akan melakukan bunuh diri, kita harus terus mengawasinya dan memberikan perhatian khusus kepadanya. Biasanya orang yang akan melakukan bunuh diri cenderung menjadi lebih pendiam dan suka menyendiri, banyak melamun, dan mereka juga jarang berinteraksi dengan kumpulan - kumpulan mereka.